MEDIA24.ID, SUMBA TENGAH- Yayasan Labda Radmila Agrapana (YLRA) terpilih sebagai salah satu mitra Program Organisasi Penggerak (POP) yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada Maret 2020 lalu.
YLRA mendampingi 10 sekolah baik negeri dan swasta di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah Sumba Tengah merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam kategori daerah tertinggal menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020.
Koordinator Program YLRA untuk POP di Sumba Tengah, Lorensius Gatot Widyarto mengatakan alasan memilih Sumba Tengah sebagai tempat pendampingan itu dalam bidang pendidikan, anak-anak usia sekolah di wilayah kabupaten Sumba Tengah masih memiliki kesempatan akses yang rendah untuk mendapatkan kesempatan belajar.
Selain itu anak-anak usia sekolah di Sumba Tengah menghadapi persoalan sarana prasarana serta akses terhadap sumber belajar dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
“Masalah pendidikan di Sumba Tengah memang memiliki kompleksitas yang tinggi. Kesempatan sekolah masih terbatas untuk pihak tertentu. Bagi mereka yang sudah berkesempatan untuk dapat bersekolah pun masih belum mendapatkan jaminan pendidikan yang berkualitas dari sekolahannya,” ujar Gatot dalam keterangannya pada redaksi Media24.ID, Minggu (11/12/2022).
Dalam program POP di Sumba Tengah, YLRA mendampingi kepala sekolah dan guru kelas awal di 10 sekolah dasar baik negeri dan swasta dengan menggandeng komunitas lokal. Seperti di antaranya SDN Manurara, SDN Pari Deta, SD Inpres Uma Paohi, SD Masehi Maderi, SDN Waiurang, SD Masehi Pahomba, dan SD Masehi Soru.
Gatot pun menyampaikan tantangan besar yang harus dihadapi terutama akses transportasi dan jalan ke sekolah yang didampingi. Seperti diketahui kondisi geografis Sumba Tengah sebagian besar berbukit-bukit dengan jalan yang tak mulus.
“Akses jalan yang rusak membuat ban motor mudah rusak dan sebagainya. Belum lagi ketika ada respon negatif terhadap usaha-usaha kami dalam meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah atau sekolah sasaran,” katanya.
Kesulitan tersebut terbayar dengan suka cita melihat dan merasakan dinamika dengan para guru. “Mengikuti perkembangan siswa dari waktu ke waktu juga menjadi hal yang kami sukai sehingga kami semakin mengenal wilayah dan masyarakat kami,” ujar Gatot.
Selain itu, menurut Gatot program pendampingan tersebut mewujudkan harapan untuk memberikan sumbangsih pada institusi pendidikan di wilayah Sumba Tengah. “Kami juga bisa melihat dampak positif bagi siswa-siswa yang kelak akan menjadi generasi penerus bagi wilayah ini,” katanya.
Kepala SDN Manurara Jongu Ibini Peka yang mendapat pendampingan dari program POP Kemendibudristek melalui YLRA mengungkapkan program tersebut sangat membantu kepala sekolah dan pelaksanaan tugas guru-guru kelas awal.
“Pendampingan ini membuat guru-guru yang baru mengajar di kelas awal mendapatkan pengetahuan baru dan menyiapkan guru-guru baru tersebut sebagai penerus bagi guru-guru yang akan purnabakti,” ujarnya.
Dalam kunjungan ke Kalimantan Barat akhir Oktober 2022 lalu, Menteri Nadiem mengungkapkan apresiasi pada mitra-mitra POP. Salah satunya Forum Indonesia Menulis (FIM) yang menyasar 920 sekolah di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat dengan total 2.300 guru dan kepala sekolah.
Nadiem memandang kebijakan Merdeka Belajar merupakan bukti bahwa gotong royong bisa dilakukan di daerah-daerah sasaran yang selama ini sulit mendapatkan intervensi dari pemerintah.
“Justru melalui mitra-mitra POP inilah, gerakan Merdeka Belajar dapat digapai. Berkat para mitra POP ini, sekolah-sekolah yang berada di daerah seperti di Kalimantan Barat bisa mendapatkan program peningkatan kompetensi,” ujarnya.
Kepala SDN Pari Deta, Lidia Bangi Lokat mengatakan sekolah harus membuka diri terhadap pengetahuan baru agar bisa berkembang.
“Program ini memperkaya guru kelas awal serta menambah pengetahuan guru mengenai metode, strategi, dan teknik pembelajaran khususnya mengenai literasi baca tulis,” ujar Lidia.
Adapun Kepala SD Inpres Uma Paohi, Matius mengatakan, “Kami menerima pihak-pihak yang mau peduli dengan pendidikan demi anak-anak wilayah sekolah kami.”