MEDIA24.ID, JAKARTA – UGM atau Universitas Gadjah Mada mengembangkan aplikasi penyuluhan dan komunikasi pertanian untuk membantu para petani meningkatkan kualitas usahatani.
Aplikasi tersebut dinamakan Desa Apps, singkatan dari Digital Extension Society for Agriculture ini yang resmi diluncurkan pada tanggal 19 Desember 2016 lalu. Aplikasi ini menawarkan fitur-fitur tanya jawab, artikel, catatan tani, info cuaca, info toko, info kantor, dan pasar.
Baca juga: Guru Besar UGM: Batasi Pengunjung Naik ke Bangunan Candi Borobudur
Baca juga: Begini Cara Daftar BLT Anak Sekolah SD-SMA, Ada Bantuan Rp 4,4 Juta
Saat ini aplikasi penyuluhan pertanian yang dikembangkan UGM Desa Apps memiliki lebih dari 14.900 pengguna di seluruh Indonesia. Selain itu, Desa Apps UGM juga rutin menyelenggarakan program webinar series ‘Bincang Desa (BISA)’ yang hadir setiap 2 minggu sekali. Untuk meningkatkan layanannya.
Desa Apps dikembangkan menjadi sebuah aplikasi berbasis website (Web App) bernama ‘Lentera DESA’ sebagai platform edukasi dan pelatihan online di bidang agrokompleks, sehingga lebih mudah dijangkau oleh siapapun dan dimanapun, serta mampu menjangkau lebih banyak audiens dengan waktu dan biaya yang jauh lebih efisien.
Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, pada Jumat 17 Juni 2022 menyaksikan aplikasi Desa Apps yang dipamerkan di Balairung saat kunjungan Steinmeier ke kampus Universitas Gadjah Mada.
Manager Operasional Desa Apps UGM, Nurul Trya Wulandari kepada Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier mengatakan Desa Apps saat ini dikelola oleh Fakultas Pertanian UGM yang berfokus pada upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di sektor pertanian.
“Bidang yang menjadi perhatian Desa Apps UGM adalah seputar agrokomplek. Aplikasi Desa Apps ini dapat digunakan oleh petani untuk melakukan konsultasi pertanian dengan penyuluh dan ahli di bidangnya baik pertanian, perikanan, dan peternakan, maupun dengan sesama petani” katanya.
Dekan Fakultas Pertanian UGM Jaka Widada menuturkan, selain meninjau produk Desa Apps UGM, Presiden Jerman juga meninjau produk riset yang lain yakni GamaAlgin-F dan Pupuk Hayati Bacillus Plus.
Dia menjelaskan bahwa GamaAlgin merupakan produk imunostimulan untuk ikan dan udang yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan ikan dan udang.
“Produk ini hasil formulasi alginat yang telah dikembangkan oleh Departemen Perikanan UGM untuk mendapatkan teknologi aplikasi alginat sebagai imunostimulan pada ikan,” kata Jaka Widada dalam rilis yang dikirim ke wartawan, Senin 20 Juni 2022.
Selain GamaAlgin-F, Fakutas Pertanian juga memiliki produk GamaAlgin-S yang dikembangkan sebagai produk imunostimulan dari hasil formulasi alginat Sargassum sp. Kandungan multivitamin dan asam amino pada alginat Sargassum sp tersebut potensial mencegah penyakit virus pada budidaya udang vaname.
“Riset ini dikembangkan karena banyaknya serangan penyakit pada udang jenis tersebut,” paparnya.
Alginat merupakan polisakarida yang berasal dari rumput laut coklat, khususnya Sargassum sp. Alginat berfungsi sebagai immunomodulator yaitu dapat menstimulasi kekebalan nonspesifik ikan maupun udang. Pada Sargassum sp, memiliki kandungan alginat relatif tinggi, mencapai 40,3 – 61,4%.
“Saat ini jumlahnya sangat melimpah di perairan Indonesia, tetapi pemanfaatannya masih sangat rendah,” paparnya.
Sedangkan pupuk hayati Bacillus Plus merupakan salah satu produk hasil penelitian yang dipamerkan pada Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier dan rombongan.
Pupuk Hayati ini adalah satu jenis pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup. Jenis mikroorganisme yang dimanfaatkan adalah bakteri genus Bacillus.
“Perannya dalam memacu pertumbuhan tanaman sangat baik, bakteri ini dimanfaatkan sebagai pupuk hayati cair. Bakteri ini dapat membantu dalam pemanjangan akar, pertumbuhan daun dan batang, serta pertumbuhan bunga dan buah,” katanya.