MEDIA24.ID, JAKARTA – International Monetary Fund atau IMF meyakinkan Indonesia tidak sedang berada dalam jurang krisis, namun tetap harus mewaspadai gejolak eksternal yang dipicu dinamika geopolitik, ungkap Menteri BUMN Erick Thohir.
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan hal ini setelah menerima kunjungan Managing Director International Monetary Fund atau IMF Kristalina Georgieva.
Baca juga: Laba Bersih Rp126 Triliun, Keuangan BUMN Makin Sehat
Baca juga: Meski Pandemi Laba Bersih BUMN 2021 Capai Rp126 Triliun
Georgieva mengunjungi pusat perbelanjaan bersejarah Indonesia yaitu Sarinah yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo setelah direnovasi.
Georgieva tiba di Sarinah pada Minggu sore dan langsung diajak Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkeliling mengunjungi instalasi kain batik garuda nusantara sepanjang 74 meter di area lobi selatan.
Dia juga diajak menyaksikan live demo Batik Motif Sekar Jagad oleh disabilitas, Sarinah Gallery atau Sarinah photo exhibition, Instalasi Dekonstruksi & Rekonstruksi “Gunungan Wayang” oleh Dudung Aliu Syahbana, Tur di Department Store, dan menyampaikan kesannya di relief peninggalan Presiden Pertama Indonesia Sukarno.
“Ada tiga hal yang disampaikan, pertama, dia tidak yakin dan dia meyakinkan Indonesia tidak berada dalam jurang krisis seperti yang digembar-gemborkan,” ujar Menteri Erick dalam siaran pers.
Dalam survei Bloomberg pada 6 Juli 2022, Indonesia menjadi satu di antara negara Asia yang memiliki kemungkinan mengalami resesi.
Resesi ini terjadi karena peningkatan risiko global seperti tekanan inflasi yang tinggi dan persisten serta pengetatan kebijakan moneter yang cepat dan tajam.
Namun pemerintah Indonesia, bahwa survei Bloomberg tersebut malah menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara dengan fundamental ekonomi yang sangat resilien di tengah risiko global yang masih eskalatif.
Probabilitas resesi untuk Indonesia pada survei Bloomberg sangat kecil, hanya 3%. Tingkat probabilitas resesi Indonesia lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Filipina (8%), Thailand (10%), Vietnam (10%), dan Malaysia (13%). Indonesia juga jauh lebih resilien dibanding negara-negara sejawat di kawasan Asia pasifik dengan probabilitas resesi tertinggi yakni Sri Lanka (85%), Selandia Baru (33%), Korea Selatan (25%), Jepang (25%), dan Tiongkok (20%)
Kendati begitu, ucap Menteri Erick, hal tersebut tidak menurunkan kewaspadaan Indonesia meski secara internal ekonomi Indonesia dalam posisi kuat.
“Secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak,” ucap Erick.
Managing Directgor IMF Georgieva, lanjut Erick, menilai Indonesia sudah menuju pada arah yang baik dengan memiliki fondasi ekonomi yang kuat dengan kemajuan pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan kepada UMKM dan jauh dari krisis.
Selain itu, Georgieva, Erick sampaikan juga kagum dengan upaya Indonesia dalam memperkuat ekosistem ekonomi seperti yang ada di Sarinah.
Erick mengatakan penguatan ekosistem tidak bisa ego sektoral, tetapi harus saling mendukung dan harus ada hasil yang konkret.
Erick menyebut Sarinah tidak hanya etalase produk lokal semata, melainkan upaya pemerintah meningkatkan kualitas produk lokal yang bisa bersaing di kancah global dan berkesinambungan.