MEDIA24.ID JAKARTA – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK membuat masyarakat harus berhati-hati mencari hewan qurban, berikut tips aman memilih hewan qurban.
Masyarakat disarankan memilih hewan qurban jenis kambing atau domba daripada sapi, ujar Guru besar Fakultas Peternakan UGM dan juga konsultan Ahli Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Ali Agus.
Baca juga: Panduan Lengkap Pelaksanaan Ibadah Qurban, Simak di Sini
Baca juga: Fatwa MUI Lengkap tentang Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Wabah PMK ini kata Agus lebih banyak menyerang sapi, karena domba relatif resisten, karena itu lebih baik memilih domba atau kambing sebagai hewan qurban.
Perlu diketahui juga bahwa virus yang menyebabkan PMK bisa menular ke hewan lain melalui udara, air, tanah, termasuk bisa menempel pada manusia.
Namun tidak perlu khawatir, sejauh ini PMK diketahui tidak berbahaya bagi manusia, namun penyebarannya sangat cepat pada hewan berkuku belah.
Karena itu disarankan untuk tidak melakukan pembelian secara langsung, dikhawatirkan, virus tersebut terbawa manusia dan membahayakan hewan jika berpindah-pindah dari ternak sat uke ternak lain.
Transaksi jual beli hewan qurban disarankan secara online, misalnya hewan ternak digambarkan dengan menggunakan foto, video serta bobotnya.
Tahap krusial selanjutnya adalah saat melakukan penyembelihan, menurut dia panitia kurban harus siap sedia agar tidak ada carrier virus yang ikut.
Dia menyarankan untuk melakukan penjagaan biosecurity atau gas desinfektannya pada tempat pemotongan hewan kurban.
“Virus ini bertahan sampai ada yang satu bulan di air, dan ada juga yang bertahan sampai tiga bulan di tanah,” ujar dia.
Sedangkan soal daging ternak, menurut dia masih aman dikonsumsi. Namun disarankan untuk mengonsumsi jeroan, hidung, dan kikil.
Karena meski virus PMK ini tidak bersifat zoonosis (menular dari hewan ternak ke manusia) namun tetap harus mengedepankan kehati-hatian dalam mengolah dan mengkonsumsinya.
Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga telah merekomendasikan berbagai usulan langkah pengendalian dan penanggulangan wabah ini.
Fokusnya adalah tindakan karantina, pengawasan dan pembatasan lalu lintas ternak, serta penutupan pasar hewan.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Teguh Budipitojo mengatakan perlu memusnahkan sumber infeksi dengan stamping out pada hewan yang telah terpapar.
Selain itu juga dilakukan biosekuriti dengan dekontaminasi kandang, peralatan, kendaraan, dan bahan lain yang berpotensi menularkan virus.
Langkah ini dilakukan dengan penyemprotan larutan desinfektan yang efektif terhadap virus dan pemusnahan bahan-bahan yang sudah terkontaminasi.
Jenis desinfektan yang efektif membunuh virus penyebab PMK diantaranya sodium hydroxide (2%), sodium carbonate (4%), citric acid (0.2%), acetic acid (2%), sodium hypochlorite (3%), potassium peroxymonosulfate (1%), dan chlorine dioxide.
Pakar virologi molekuler FKH UGM Aris Haryanto menjelaskan bahwa virus penyebab PMK dapat bertahan di luar tubuh hewan penderita selama 2 minggu, tahan berbulan-bulan dalam semen, epitel, kelenjar limfa, dan makanan produk asal hewan serta olahannya.
“Virus penyebab PMK juga tahan terhadap kekeringan dan angin. Hewan penderita PMK dapat mengeluarkan virus baru selama 50 jam dan menular ke ternak lain di sekitarnya pada radius 100 km,” katanya.
Selain itu, hewan penderita bertindak sebagai carrier yang dapat bertahan selama 8 sampai 24 bulan.
Penularan PMK dapat terjadi melalui kontak langsung hewan penderita dengan hewan lain yang rentan, kontak tidak langsung melalui alat atau sarana transportasi, manusia yang terkontaminasi serta penyebaran melalui udara.
“Penyebaran melalui udara dapat menjangkau sejauh 170 km di darat dan 250 km di laut,” kata dia.